Kamis, 10 November 2016

Artikel ilmiah tentang EVALUASI PEMBELASARAN "UTS Dr.Dirgantara Wicaksono, S. Pd , M. Pd"

PENGERTIAN EVALUASI PEMBELAJARAN

Evaluasi pembelajaran adalah adalah keseluruhan kegiatan baik berupa pengukuran maupun penilaian (pengukuran data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Evaluasi pembelajaran juga diartikan sebagai evaluasi terhadap proses belajar mengajar. Secara sistematik, evaluasi pembelajaran, yang mencakup komponen input, yakni perilaku awal siswa, komponen input instrumental yakni kemampuan profesional guru/ tenaga kependidikan, komponen kurikulum (program studi, metode, media), komponen administratif (alat , waktu dan dana), komponen proses ialah perosedur pelaksanaan pembelajaran, komponen output ialah hasil pembelajaran yang menandai ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini perhatian ditujukan hanya pada evaluasi terhadap komponen proses dalam kaitannyad dengan komponen input istrumental.
           Evaluasi Proses Pengajaran
Evaluasi terhadap proses pengajaran dilakukan oleh guru sebagai bagian integral dari pengajaran itu sendiri. Artinya evaluasi harus tidak terpisahkan dalam penyusunan dan palaksanaan pembelajaran. Evaluasi proses bertujuan untuk menilai kefektifan dan efisiensi kegiatan pengajaran sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya. Objek dan sasaran evaluasi proses adalah komponen-komponen sistem pengajaran itu sendiri, baik yang berkenaan dengan masukan proses maupun keluaran, dengan semua dimensinya.
Komponen masukan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni masukan mentah (raw input), yaitu para siswa, dan masukan alat (instrumental input), yakni unsur manusia dan non manusia yang mempengaruhi terjadinya proses.
Komponen proses adalah interaksi semua komponen pengajaran seperti bahan pengajaran, metode dan alat, sumber belajar, sistem penilaian, dan lain-lain.
Komponen keluaran adalah hasil belajar yang dicapai anak didik setelah menerima proses pengajaran. Penilaian keluaran lebih banyak dibahas dalam penilaian hasil. Penilaian terhadap masukan mentah, yakni siswa sebagai subjek dan objek belajar.
2.      Evaluasi Hasil Pengajaran
Pada umumnya evaluasi hasil pengajaran, baik dalam bentuk formatif maupun sumatif, telah dilaksanakan oleh guru. Melalui pertanyaan secara lisan atau tulisan pada akhir pengajaran guru menilai keberhasilan pengajaran (tes formatif). Demikian juga tes sumatif yang dilakukan pada akhir program seperti akhir kuartal atau akhir semester, penilaian diberikan kepada para siswa untuk menentukan kemajuan belajarnya. Tes tertulis, baik jenis tes esay maupun tes objektif, dilakukan oleh guru dalam penilaian sumatif tersebut.
Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemajuan belajar siswa dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan

3.      Tujuan dan fungsi Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses pembelajaran yang memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut:  
    a.    Fungsi normatif, Yaitu berfungsi sebagai perbaikan sistem pembelajaran
    b.    Fungsi diagnostik, Yaitu berfungsi untuk mengetahui faktor kesulitan siswa dalam proses pembelajaran.
    c.    Fungsi sumatif, Berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik.
Adapula yang menyebutkan bahwa fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran itu antara lain, yaitu :
a  .      Untuk mengetahui apakah tujuan pengajaran yang ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan pembelajaran,
b  .      Untuk memberikan obyektivitas pengamatan kita terhadap perilaku hasil belajar siswa,
c   .       Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang/ topik tertentu,
d   .      Untuk menentukan kelayakan siswa kejenjang selanjutnya,
e   .       Untuk memberikan feed back kepada siswa dalam proses pendidikan,
f.       Untuk membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pembelajaran,
g   .      Penilaian untuk menentukan kualitas siswa,
h   .      Pengukuran untuk menentukan kuantitas siswa.
     Prinsip Evaluator
   Evaluator tidak berwenang untuk memberikan rekomendasi terhadap keberlangsungan sebuah program. Evaluator hanya memberikan alternatif, dibawah ini adalah peranan evaluator, yaitu   :
a   .       Penelitian evaluasi adalah tanggung jawab tim bukan perorangan
b   .      Evaluator tidak terikat pada satu sekolah
c   .       Evaluasi adalah proses, jika diperlukan revisi, maka harus dilakukan revisi

d   .      Menegakkan dan menjunjung tinggi syarat-syarat umum evaluasi.


PENTINGNYA EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN DAN AKIBAT MEMANIPULASINYA

Seorang guru yang merasa bertanggung jawab atas penyempurnaan pengajarannya, maka ia harus mengevaluasi pengajarannya itu agar ia mengetahui perubahan apa yang seharusnya diadakan (Popham & Baker, 2008: 112). Siswa juga harus dievaluasi. Evaluasi harus dilakukan secara sistematis dan kontinu agar dapat menggambarkan kemampuan para siswa yang dievaluasi. Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khusunya di kelas, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Kesalahan utama yang sering terjadi di antara para guru adalah bahwa evaluasi hanya dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti pada akhir materi, pertengahan, dan/atau akhir suatu program pengajaran. Penyimpangan-penyimpangan dalam mengevaluasi pun dapat terjadi apabila guru tersebut memanipulasi hasil belajar siswanya (Sukardi, 2011: 2).
Mengadakan evaluasi meliputi dua langkah yaitu mengukur dan menilai. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk. Guru sebelum melakukan evaluasi juga harus melakukan pengukuran dan penilaian terhadap siswanya (Arikunto, 2010: 3).
Evaluasi merupakan proses penilaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Percapaian perkembangan siswa perlu diukur, baik posisi siswa dalam proses belajar individu maupun posisinya di dalam kegiatan kelompok. Hal yang demikian perlu disadari oleh guru karena pada umumnya siswa masuk kelas dengan kemampuan yang bervariasi. Ada siswa yang dengan cepat menangkap materi pelajaran, tetapi ada pula yang tergolong memiliki kecepatan biasa dan ada pula yang tergolong lambat. Guru dapat mengevaluasi pertumbuhan kemampuan siswa tersebut dengan mengetahui apa yang mereka kerjakan pada awal sampai akhir belajar (Sukardi, 2011: 2).
Sebelum mengevaluasi seorang guru hendaknya mengetahui prinsip-prinsip evaluasi. Keberadaan prinsip bagi seorang guru mempunyai arti penting, karena dengan memahami prinsip evaluasi dapat menjadi petunjuk atau keyakinan bagi dirinya atau guru lain guna merealisasi evaluasi dengan cara benar. Menurut Slameto (2001:16) evaluasi harus mempunyai minimal tujuh prinsip berikut: 1) terpadu, 2) menganut cara belajar siswa aktif, 3) kontinuitas, 4) koherensi dengan tujuan, 5) menyeluruh, 6) membedakan (diskriminasi), dan 7) pedagogis.
Manfaat dilaksanakannya evaluasi proses dan hasil pembelajaran ada beberapa hal, diantaranya yang penting adalah: (1) Memperoleh pemahaman pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang telah berlangsung/dilaksanakan pendidik, (2) Membuat keputusan berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil pembelajaran, dan  (3) Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka upaya meningkatkan kualitas keluaran.
Evaluasi untuk suatu tujuan tertentu penting, tetapi ada kemungkinan tidak menjadi bermanfaat lagi untuk tujuan lain. Oleh karena itu, seorang guru harus mengenal beberapa macam tujuan evaluasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar mereka dapat merencana dan melakukan evaluasi dengan bijak dan tepat.
Suatu evaluasi perlu memenuhi beberapa syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku (Sukardi, 2011: 8). Evaluasi yang baik harus memiliki syarat seperti berikut: 1) valid, 2) andal, 3) objektif, 4) seimbang, 5) membedakan, 6) norma, 7) fair, dan 8) praktis.
Di samping kedelapan persyaratan yang perlu ada dalam kegiatan evaluasi, ada beberapa tujuan mengapa evaluasi dilakukan oleh setiap guru. Selain untuk melengkapi penilaian, secara luas evaluasi dibatasi sebagai alat penilaian terhadap faktor-faktor penting suatu program termasuk situasi, kemampuan, pengetahuan, dan perkembangan tujuan.
Apabila guru tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana mengevaluasi yang baik dan sesuai maka akan berakibat melemahnya moral guru. Salah satu kenyataannya adalah melakukan kecurangan dengan memanipulasi nilai raport siswa, tujuannya untuk mendapatkan predikat sekolah berkualitas baik. Bahkan, praktik memanipulasi nilai inipun sudah dipraktikan pada jenjang rendah yaitu SD/MI.
Tuduhan kecurangan guru dalam manipulasi nilai terkadang ditepis dengan bermacam alasan. Adanya rasa kasihan kepada siswanya, anggapan agar gurunya berhasil dalam proses belajar mengajar ataupun karena media dan metode belajar yang digunakan belum memadai. Sebenarnya guru hanya menginginkan cara cepat dan instan dalam melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Entah sebenarnya ada kesalahan dalam media atau metode pembelajaran yang digunakan sehingga menyebabkan anjloknya nilai siswa. Karena tidak mau repot, gurupun akhirnya memanipulasi nilai dengan seenaknya tanpa peduli kemampuan siswa.
Pemberian nilai yang tidak disesuaikan dengan kemampuan siswanya akan berakibat pada ras puas dan tingkat percaya diri tinggi pada siswanya. Semakin puas dan semakin percaya diri seorang siswa, keinginan untuk belajar menjadi lebih baik lagi mulai surut. Mereka beranggapan untuk mendapatkan nilai yang baik tidak perlu belajar lebih giat lagi. Padahal sebenarnya antara nilai yang diterima dengan kemampuan individu tidak sebanding.
Kecenderungan sekolah mendapat sandangan berpredikat baik dengan cara curang, perlu ditiadakan. Percuma saja menyandang predikat baik namun output yang dihasilkanya bermutu rendah. Lebih baik jika memberikan nilai apa adanya daripada memberikan nilai yang tidak sesuai dengan kemampuan siswanya. Karena dampak yang akan ditimbulkan dari manipulasi nilai lebih buruk.
Jika praktik manipulasi nilai terus terjadi dalam dunia pendidikan jenjang SMA, SMP bahkan SD, kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Pendidikan yang semestinya mengajarkan siswa menjadi pandai, kini pendidikan mengajarkan siswa menuju pembodohan. Pembodohan yang nyata berasal dari pemberian nilai raport. Pembodohan dikalangan para penerus bangsa Indonesia. Kehancuran pendidikan sudah ada di depan mata. Tinggal bagaimana kita sebagai pendidik dan penerus bangsa bisa mengatasinya.
Penuntasan belajar menggunakan remedial teaching disebut-sebut sebagai dasar dalam pemberian nilai. Padahal prosedur remedial teaching dilakukan dalam batasan waktu. Jika dalam batasan waktu tertentu seorang siswa dinyatakan masih belum tuntas, nilai yang diperoleh siswa tersebut dituliskan apa adanya di raport sesuai dengan nilai sesungguhnya tanpa ada penambahan nilai sebagai “embel-embel” kasihan.
Sebenarnya saat memanipulasi nilai raport, hanya siswalah yang menerima dampak buruknya. Lebih lama lagi dampak ini berakibat pada kualitas guru bangsa Indonesia. Para pendidik yang sebenarnya belum mampu menjadi pendidik, dianggap sangat professional mencetak peserta didik menjadi pandai. Hampir separuh dari keseluruhan siswa mendapatkan nilai baik. Jika dilihat sekilas, kemampuan seorang guru dalam mengajarkan mata pelajaran tersebut sudah mencapai tujuan yang telah dirancang. Keprofesionalan semu dari guru tertutupi dengan nilai siswanya yang menjulang tinggi. Ini merupakan borok pendidikan bangsa yang masih tertutupi.

Daftar Pustaka
pgmi1e2014iainta.wordpress.com
http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.co.id/

Kamis, 13 Oktober 2016

Makalah kajian tes & nontes Tugas Dr.Dirgantara Wicaksono, S. Pd , M. Pd

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Secara formal, pendidikan diselengarakan disekolah. Hal itu sering sering dikenal dengan pengajaran dimana proses belajar mengajar yang melibatkan banyak factor baik pengajar, pelajar, bahan/materi, fasilitas maupun lingkungan. Pengajaran dilaksanakan tidak hanya untuk kesenangan atau bersifat mekanis saja tetapi mempunyai misi atau tujuan bersama. Dalam usaha untuk mencapai misi dan tujuan itu perlu diketahui apakah usaha yang dialakukan sudah sesuai dengan tujuan? Jika iya, sudah sejauh mana ditempuh? Apakah anak didiknya engalami kemunduran didalam belajar atau peningkatan, dan kalau mengalami kemunduran apakah penyebabnya?
Oleh karena timbulnya pertanyaan-pertabyaan itu,maka dari itulah kami menyajikan beberapa hal tentang salah satu teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan dalam penilaian terhadap anak didik, baik itu tentang kemampuan belajar, sikap, keterampilan, sifat, bakat, minat dan kepribadian. Adapun teknik yang akan dijelaskan dalam makalah ini adalah teknik nontes. Salah satu teknik yang sangat membantu dalam penilaian terhadap hal-hal yang bersangkutan dengan siswa.

B.           Rumusan Masalah
1.            Apa pengertian dari Pengertian tes ?
2.            Apa Fungsi tes ?
3.            Penggolongan tes
4.            Apa itu teknik Nontes ?


BAB II
PEMBAHASAN

1.                  Pengertian tes
Tes berasal dari bahasa latin testum yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa Perancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak serta logam lainnya. [3] sedangakan menurut sumadi surya brata, mengertikan tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau atau melakaukan perintah-perintah itu, meyelidiki mengambil kesimpulan dengan cara membandingkan dengan standar atau testee lainnya.
Dari kedua pengertian diatas maka dapat diketahui bahwa tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditunjukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu. Atas dasar respon tersebut ditentukan tinggi rendahnya akor dalam bentuk kuantitatif selanjutnya dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan untuk ditarik kesimpulan yang bersifat kuantitatif.
2.                   Fungsi Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
a.       Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik.
b.      Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan.
3.         Penggolongan Tes
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan, tergantung dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.
a.       Penggolongan Tes Berdasarkan Fungsinya Sebagai Alat Pengukur Perkembangan/ Kemajuan Belajar Peserta Didik.
1)      Tes seleksi. Sering dikenal dengan istilah “ujian ringan” atau “ujian masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, di mana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.
2)      Tes awal. Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah.
3)      Tes akhir. Sering dikenal dengan post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.
4)      Tes diagnostic. Adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat , jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan yang tepat. Tes ini juga bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan “Apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?”
5)      Tes formatif. Adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Perlu diketahui bahwa istilah “formatif” itu berasal dari kata “form” yang berarti “bentuk”.
6)      Tes sumatif. Adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Di sekolah tes ini dikenal dengan istilah “Ulangan Umum” atau “EBTA” (Evaluasi Belajar Tahap Akhir), dimana hasilnya digunakan untuk mengisi rapor atau mengisi ijazah (STTB). Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga lebih sulit atau lebih berat daripada butir-butir soal tes formatif.

b.      Penggolongan Tes Berdasarkan Aspek Psikis yang Ingin Diungkap
Ditilik dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:
1)      Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2)      Tes kemampuan, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
3)      Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
4)      Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap cirri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian dan lain-lain.
5)      Tes hasil belajar, yang sering dikenal dengan istilah tes pencapaian, yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar.

c.       Penggolongan Lain-lain
Ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)      Tes individual, yakni tes di mana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja, dan;
2)      Tes kelompok, yakni tes di mana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.
Ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaika tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)      Power test, yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi, dan;
2)      Speed test, yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
Ditilik dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan,yaitu:
1)      Verbal test, yakni suaut tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis, dan;
2)      Nonverbal test, yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku; jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.
Apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)      Tes tertulis, yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.
2)      Tes lisan, yakni tes di mana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.








BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditunjukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu. Atas dasar respon tersebut ditentukan tinggi rendahnya akor dalam bentuk kuantitatif selanjutnya dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan untuk ditarik kesimpulan yang bersifat kuantitatif.
Teknik non tes pada umumnya memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective domain) dan ranah ketrampilan (Psychomotoric domain), dengan tenik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi), melakukan wawancara (interview), menyebar angket (quistionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis).














DAFTAR PUSTAKA


http://www.pusatmakalah.com/2015/02/makalah-evaluasi-pendidikan-dengan.html



Selasa, 11 Oktober 2016

Penilaian Evaluasi Pembelajaran Tugas Dr.Dirgantara Wicaksono, S. Pd , M. Pd

MACAM-MACAM TEKNIK PENILAIAN

Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori,jurnal, penilaian diri, danpenilaian antarteman yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
  1. A.               Macam-macam penilaian
Menurut Permendiknas No.20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Di dalam Permendiknas tersebut dijelaskan mengenai teknik penilaian hasil belajar yaitu :
a)      Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik Penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
b)      Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja.
c)      Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan / atau di luar kegiatan pembelajaran.
d)     Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan / atau proyek.

Ada dua macam teknik penilaian pendidikan yang dapat digunakan dalam melaksanakan evaluasi, yaitu teknik tes dan teknik non tes.

  1. Teknik Tes
Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan. Tes lisan dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan di kelas yang dilakukan pada saat pembelajaran di kelas berlangsung atau di akhir pembelajaran. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan tertulis, baik pertanyaan maupun jawabannya. Sedangkan tes perbuatan atau tes unjuk kerja adalah tes yang dilaksanakan dengan jawaban menggunakan perbuatan atau tindakan.
Evaluasi dengan menggunakan teknik tes bertujuan untuk mengetahui:
  1. Tingkat kemampuan awal siswa
  2. Hasil belajar siswa
  3. Perkembangan prestasi siswa
  4. Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
Adapun penilaian teknis tes terbagi menjadi beberapa bentuk tes, antara lain:

  1. Tes
Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar atau salah. Terdapat tiga tes, yaitu:
  1. Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian.
  2. Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan.
  3. Tes praktik (kinerja) adalah tes yang meminta peserta didik melakukan perbuatan/mendemonstasikan/ menampilkan keterampilan.
Dalam rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan ujian terdiri atas ujian nasional dan ujian sekolah.
Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk melakukan perbaikan pembelajaran, memantau kemajuan dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Terdapat empat bentuk ulangan, yaitu:
  1. Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih.
  2. Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
  3. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester. Cakupan ulangan akhir semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
  4. Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan kenaikan kelas meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester genap.
Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. Terdapat dua bentuk ujian, yaitu: 
  1. a.      Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan. 
  2. b.      Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan pada ujian sekolah adalah mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada ujian nasional, dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.

  1. Observasi
Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik secara formal maupun informal. Penilaian observasi dilakukan antara lain sebagai penilaian akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

  1. Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat berupa praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek, dan/atau produk.

  1. Portofolio
Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta didik (Popham, 1999). Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan menilai bersama    karya-karya atau tugas-tugas yang  dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik perlu melakukan diskusi untuk menentukan skor. Pada penilaian portofolio, peserta didik dapat menentukan karya-karya yang akan dinilai, melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas. Perkembangan kemampuan peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian portofolio. Teknik ini dapat dilakukan dengan baik apabila jumlah peserta didik yang dinilai sedikit.

  1. Projek
Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya.  Penilaian projek dilaksanakan terhadap persiapan,  pelaksanaan, dan hasil.
  1. Produk (hasil karya)
Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan suatu hasil karya. Penilaian produk dilakukan terhadap persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.

  1. Inventori
Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang dipakai untuk mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap objek psikologis.

  1. Jurnal
Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.

  1. Penilaian diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam penilaian diri, setiap peserta didik harus mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya secara jujur.

  1. Penilaian antarteman  
Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal secara jujur.  Dan dimana seorang siswa harus bisa mengungkapkan kekurangan dan kelebihan temannya.

Selain macam-macam teknik penilaian hasil belajar diatas, juga terdapat Tahap-tahap uji coba yang dikemukakan oleh Drs. Harjanto pada buku “Perencanaan Pembelajarn” yaitu : 
  1. Uji coba terhadap orang seorang siswa
Maksud utama uji coba orang seorang ini bukankah untuk menguji siswa, tapi untuk menguji paket (program) pengajaran. Disini siwa diminta untuk menunjukkan bagian-bagian program yang tak jelas, membingungkan, tidak konsisten, ketidakjelasan bahasa, ketidak jelasan petunjuk dan sebagainya.  Kesemuanya dimaksudkan untuk diperbaiki oleh penyusun.  
  1. Uji coba terhadap grup kecil
Dalam uji coba dalam kelompok kecil ini tidak perlu ada kontak  langsung dalam bentuk diskusi antara penyusun program dengan siswa. Berikut langkah-langkah uji coba kelompok kecil :
  • Memberikan pengantar sebagai penjelasan.
  • Memberikan “pre-test” untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi program, soal “pre-test” hendaknya sama atau sama bobotnya dengan soal “pos test”.
  • Memberikan program untuk dipelajari siswa. Dengan mencatat waktu yang diperlukan untuk mempelajari program. Kemudian catat siswa yang paling cepat dan paling lambat menyelesaikan programnya.
  • Adakan “pos test” setelah siswa selesai mempelajari  program.
  • Adakan diskusi dengan siswa, minta saran-saran untuk memperbaiki program.
  • Analisis hasil “pre-test” dan “pos-test” adalah keuntungan hasil belajar (gain score) tinggi. 3.
  1. Uji coba lapangan (field testing)
Uji coba yang dilakukan jika hasil analisis telah menunjukkan sesuai atau mendekati standar yang telah ditentukan. Pada tahap ketiga ini program pengajaran diujicobakan kepada grup siswa yang direncanakan (target population) di dalam situasi belajar yang sebenarnya. Langkah-langkah uji coba lapangan.
  • Berikan “pre-test” usahakan agar siswa tidak merasa sebagai objek percobaan. Usahakan agar situasinya mirip dengan situasi kelas sebenarnya.
  • Berikan program untuk dipelajari. maksud ujicoba lapangan ialah untuk memperoleh validitas program, untuk menentukan apakah program tersebut efektif, artinya siswa dapat mencapai kemampuan seperti yang diharapkan oleh program tersebut.
  • Berikan “pos-test”, agar bisa dilihat apakah siswa menguasi keterampilan yang dimaksud oleh program tersebut.

Sumber : https://aanblogger.wordpress.com/2012/10/20/macam-macam-penilaian-evaluasi-pendidikan/